KOMPAS.com – Jelang 10 tahun tragedi Malaysia Airlines MH370, keberadaan pesawat Boeing 777 yang hilang hingga kini masih menjadi misteri.
Pesawat yang mengangkut 239 penumpang tersebut hilang saat terbang dari Kuala Lumpur, Malaysia menuju Beijing, China pada 8 Maret 2014.
Ada berbagai teori yang menyelimuti hilangnya MH370, mulai dari kemungkinan pesawat ini dibajak teroris, disandera di Afghanistan, hingga jatuh di hutan Kamboja.
Namun, menurut mantan pilot Qantas Australia, Mike Glynn, para penumpang dan kru NH370 mungkin telah dilumpuhkan sebelum mereka mengetahui apa yang terjadi.
Teori tersebut diungkapkan Glynn dalam sebuah film dokumenter Sky News Australia berjudul MH370: Ten Years On, yang tayang pada Selasa (20/2/2024).
Baca juga: Hilang Sejak 2014, Peneliti Duga Pesawat Malaysia MH370 Berada di Barat Perth, Australia
Terkait katup pesawat
Salah satu teori yang sempat beredar terkait hilangnya MH370 adalah kapten pesawat Zaharie Ahmad Shah (53) diduga melakukan bunuh diri.
Meski begitu, pihak berwenang hingga kini tidak mengonfirmasi kebenaran informasi tersebut.
Terkait dugaan itu, Glynn menyampaikan, ada kemungkinan pilot terlibat sehingga MH370 tidak dapat dilacak hingga saat ini.
Glynn menyebut pilot bisa saja sengaja mengendalikan katup pesawat yang mengontrol pelepasan tekanan udara pada kabin selama penerbangan.
“Jadi pada dasarnya, pilot hanya perlu memencet beberapa tombol dalam beberapa saat,” ujarnya dikutip dari Sky News.
“Ya. Pastikan pintunya terkunci, jadi tidak ada yang bisa masuk. Tidak ada yang bisa dilakukan siapa pun,” sambungnya.
Baca juga: Viral, Foto Malaysia Airlines MH370 Ditemukan di Bawah Laut, Ini Faktanya
Penumpang dan kru alami hipoksia
Glynn menjelaskan, ketika katup keluar pesawat dibuka, maka tekanan udara di pesawat akan turun dalam waktu singkat.
Menurut dia, semua orang yang ada di pesawat akan mengalami hipoksia atau kekurangan oksigen apabila pesawat tidak menurunkan ketinggian dalam waktu 3-4 menit.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan penumpang mengalami kebingungan dan detak jantung yang cepat sebelum kehilangan kesadaran.
Insiden serupa pernah terjadi pada tahun 2005 ketika pilot Helios Airways gagal mengatur tekanan kabin pesawat.
Tindakan sang pilot menyebabkan 121 penumpang dan kru pesawat tidak sadarkan diri sebelum pesawat tersebut jatuh di Yunani dua jam kemudian karena kehabisan bahan bakar.
Baca juga: Temuan Puing Pintu Landing Gear dan Teori Baru Penyebab Kecelakaan Pesawat MH370
Pilot kemungkinan tutup pintu kokpit
Glynn juga mengungkap kemungkinan lain di balik skenario sebelum Malaysia Airlines MH370 hilang.
Ia menyatakan mudah bagi pilot untuk mencegah pihak lain masuk ke dalam kokpit.
Sebabnya, pintu kokpit dirancang untuk mencegah orang, baik penumpang atau kru, setelah tragedi 9/11 di AS.
“Pintu akan menutup secara otomatis, dan pilot bisa menguncinya dengan tombol ini,” katanya sambil menunjuk sebuah tombol.
“Dan Anda juga bisa menutup pintu, ada gerendel manual yang melarang semua orang masuk ke dek penerbangan. Anda bisa mengontrol penuh pintu,” tambah dia.
Baca juga: Kisah Penemuan Puing MH370 oleh Nelayan Madagaskar, Bertahun-tahun Disimpan dan Dijadikan Papan Cuci
MH370 diduga di Barat Perth, Australia
Jauh sebelum Glynn mengutarakan dugaannya, peneliti yang terdiri dari Richard Godfrey, Hannes Coetzee, dan Profesor Simon Maskell menyebutkan, MH370 berada sekitar 1.560 kilometer sebelah Barat Perth, Australia.
Dugaan tersebut didasarkan pada Weak Signal Propagation Reporter (WSPR) untuk melacak jalur penerbangan MH370 selama enam jam setelah hilang kontak.
“Teknologi ini telah dikembangkan selama tiga tahun terakhir dan hasilnya merupakan bukti baru yang kredibel,” kata mereka dikutip dari Kompas.com, Minggu (3/9/2023).
Peneliti mengatakan, temuan mereka selaras dengan analisis yang dilakukan oleh Boeing dan analisis drift oleh University of Western Australia terhadap puing-puing yang ditemukan di sekitar Samudera Hindia.
Baca juga: Pilot MH370 Diduga Kuat Sengaja Jatuhkan Pesawat, Ini Analisisnya…
Peneliti kombinasikan berbagai data
Dalam melacak MH370, peneliti mengombinasikan data Boeing, satelit Inmarsat, dan analisis.
Kombinasi data tersebut menghasilkan temuan yang signifikan bahwa lokasi jatuhnya pesawat sama.
“Bersama dengan (data) ini, gambaran komprehensif tentang jam-jam terakhir penerbangan MH370 dapat disusun,” kata peneliti.
Mereka menyampaikan, MH370 diterbangkan menuju Samudera Hindia. Pesawat ini kemudian kehabisan bahan bakar di beberapa titik setelah sinyal terakhir setelah tengah malam.
Pada 2023 lalu, sudah ditemukan 41 temuan yang terkait dengan hilangnya MH370 di sebagian besar Pantai Timur Afrika hingga ke Cape Town.
Baca juga: Tragedi Hilangnya MH370, Setelah 8 Tahun Puing Ditemukan di Madagaskar